Skip to main content

Agar Remajaku Dekat Denganku

KHSblog.net- Agar Remajaku Dekat Denganku. Tak ada remaja yang tak punya masalah. Ada keinginan curhat ke ayah bunda tapi takut di salahkan. Ada yang memilih curhat dengan teman tapi masalah tak terselesaikan. Ada yang menyimpan hingga menyesakkan dada. Ada yang berusaha menghadapi sendiri. Memahami remaja menjadi modal pertama agar dekat dengan orang tuanya. Lantas apa lagi selain itu? Yuk simak catatan webinar bersama narasumber psikolog Triatno Yudho Prabowo, M. Psi. Psikolog.

 

Rumah kok rapi terus ya? Rindu rumah yang berantakan. Kini orang tuanya beralih dari suka minyak wangi ke minyak angin.

Remaja sudah mulai bisa berargumen. Nak sudah mengaji/tilawah? Ayah sudah berapa? Ayah sudah hafal surat apa? Jadi jangan langsung dicap pemberontak.

Nah, bagaimana agar dekat dengan remaja? Berikut ini penjelasannya:

  1. Memahami remaja

Mereka ada di usia puber. Baligh dalam Islam. Pubertas berpengaruh pada keinginan hasrat seksual. Data Telkomsel 80 persen anak SD sudah terpapar pornografi. (Tahun 2015).

Anak boleh punya hp kalau sudah tanggung jawab.  Bangun tidur sudah merapikan tempat tidur. Sudah cuci piring setelah makannya.

Kalau sudah bertanggung jawab. Maka kita sampaikan ketika melihat Abang sudah bisa bertanggung jawab. Umi Abi berikan apresiasi. Sisipkan pesan-pesan akidah. Ma’rifatullah. Maiyyatullah. Ini yang boleh diakses ini yang tidak boleh diakses ketika punya hp.

Anak TK sudah diajarin bahasa Jepang. Apa mau ngomong sama Doraemon. Anak TK diajak bermain fitrahnya.

Pubertas dan hasrat seksual.

Menurut Fortenberry 2013 hasrat seksual muncul selama awal pubertas, termasuk pikiran seksual dan ketertarikan seksual yang dan dapat diindentifikasi.

82,7 % siswi SMP tidak perawan (KPAI, 2010).

Anak kalau bermasalah pasti ada kontribusi dari orang tuanya.

Karakter kepribadian itu relatif bisa berubah. Yang tidak berubah adalah IQ. Allah Maha segalanya.

Bukan cap anak sebagai pembuat masalah.

Hp di tangan anak yang keren bisa jadi programmer. Dan sebaliknya. Di tangan anak yang belum baik hp bisa jadi untuk pinjol dan judol.

Ajarkan kepemilikan kepada anak.

  1. Peran orang tua

Anak itu milik Allah

Empat peran orang tua:

  1. Orang tua sebagai pemimpin

Kita pengen masuk sekeluarga. Bukan sendirian di surga. Anak dicap satu kata: “pemarah”. Ini kontribusi dari ibu-ibunya. Ayah marahin anaknya.

2. Peran sebagai pendidik

Ayah yang hebat adalah ayah  ketika menafkahi anak tetapi  masih parenting ke anak.

3. Orang tua sebagai madrasatul ula.

Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Muslim)

Fatherles: ayah ada tetapi perannya tidak ada.  Ayah yang dekat dengan anak perempuan. Aktivitas seksualnya jadi tidak longgar. Karena cintanya pada ayah. Dekatnya pada ayah.

-ibu adalah madrasah pertama bagi anak.

-Janin berusia 18 minggu  sudah mendengar suara ibunya.

-Satu orang Ayah lebih bernilai dari 100 guru.

4. Sebagai sahabat

“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (Ali bin Abi Thalib)

Aspek penting:

-Memahami psikologis anak

-Berdialog dari hati ke hati

-Meluangkan waktu untuk anak

Dialog sama anak bukan hadap-hadapan. Kalau lagi baring ikut baring, ngobrol bareng.

Pola Asuh yang tepat.

Tiga model pengasuhan:

Otoriter

  1. Serba menurut
  2. Aturan yang ketat dan kaku
  3. Berpusat pada orang tua
  4. Komunikasi satu arah

Permisif

  1. Serba boleh
  2. Berpusat pada anak
  3. Sangat kurang pengawasan
  4. Penuh kasih sayang tapi kurang aturan
  5. Minim komunikasi

Demokratis

  1. Penuh kasih sayang
  2. Tetap tegas. (Bukan keras). Beda.
  3. Berpusat pada anak dan orang tua
  4. Komunikasi timbal balik.

Rumah tanpa teriakan (lakukan yang sederhana ini)

Bentakan mematikan sel saraf.

  1. Sinergi Sekolah dan Orang Tua

Program sekolah yang melibatkan orang tua sangat terkait dengan prestasi siswa yang lebih tinggi. (Dr. William Jeynes).

Kelirunya program parenting bukan buat siswa saja di awal, tetapi untuk orang tua pula.

Terkait agar dekat dengan anak (baik guru kepada muridnya atau orang tua kepada anak biologisnya):

  1. Trust
  2. Emphaty

Tidak banyak ceramah ke anak.

Majelis keluarga.

Misal: sepekan ini sudah punya proyek kebaikan apa?

 

Yang membedakan baligh dan aqil baligh. Laki-laki umumnya sekarang usia 10 tahun. Sebagian 9 tahun. Anak perempuan usia 9 tahun. Secara baligh pertumbuhan iya sudah. Secara hormon sudah sesuai fitrah. Namun secara tanggung jawab belum tentu sudah tumbuh di usia balighnya. Sampaikan bertahap. Perlahan. Jangan sampaikan langsung se “ember”. Kalau sudah mau mulai menikah sampaikan materi Baitul muslim. Edukasi pra nikah.

Trend anak zaman sekarang itu menunda pernikahan. Mereka realistis. Pekerjaan dan kemapanan. Ditambah bayang-bayang kondisi pernikahan orang tuanya. Child free (nikah tapi tidak punya anak dulu).

Bagaimana peran ayah sampai akhir remaja.  Menyikapi fatherles. Rangking ketiga. Belum dapat data penelitiannya. Namun fenomenanya betul.

Menikah bukan untuk sama. Tetapi untuk harmoni.

Ada buku “Ayah Bisu”. Siapa yang mengantarkan anaknya tanpa bicara satu kata pun ke anaknya?

Ngobrol antara ayah sama anak ketika berkendara.

Menjadi ayah asyik. Ayah yang dirindukan. 60 persen anak tidak mau ngomong sama orang tuanya.

Hal-hal yang manusiawi. “Eh adik capek ya baru pulang sekolah, ini ada air.”

Start from now. Dilatih dari sekarang. Pelan-pelan saja. Yang penting ada proses. Jangan ngomong “tumben”. Tapi syukuri. Jadi anak juga tidak ujug-ujug melihat ayahnya yang “aneh”. Mulai dari ngobrol tentang hobi.***

baca juga :

Tinggalkan Balasan